Showing posts with label Psychology. Show all posts
Showing posts with label Psychology. Show all posts

Wednesday, December 22, 2010

10 Tips for Successful People Personality

By: Mr. Jennie S. Bev, who was a consultant, entrepreneur, author and educator living in San Francisco Bay Area and he is an Indonesian who "successfully" compete on the climate of "tight" American.

He put forward the 10 elements of a successful personality (both in terms of financial and performance) are based on her social and communication with the billionaire and a successful entrepreneur.





Ten attitude that should belong to it are as follows:

First, the courage to take the initiative:


The actual strength is no longer a secret to the success of people terknenal ie they always have great ideas!

Just look: A Donald Trump a "worldwide" due to its superiority in the field of Real Estate originally stood the test of the status of bankrupt and ultimately predicated King Real Estate, is an example of a genius and daring initiative.

We certainly know the TV series The Apprentice, Miss Universe contest, Free University named TrumpUniversity.com, even in his home country doll Donald is an icon and best-selling product in addition to the books of his bestseller. And the initiative is the wealth of all people, live people that want or not to take the initiative put forward its ideas.

Second, on time:

A sure thing for everyone in this world without exception is that we have the same amount of time ie 24 hours a day. A person who keep their promises and on time shows that he is a man who has the ability to organize / manage something that is most limited.

Ability to attend as promised is the key to all success, especially success in business and interact. Giving more attention to time is a reflection of respect for ourselves and our colleagues and partners.

Third, Glad to serve and give:

A successful formula of many successful people are able to lead, but an additional attribute of leadership is the habit of serving and giving.

"The more you give to others, the more respect you get in return"

And, sincerity is the key to this trait. Other goodness will continue to flow without stopping when we are able to give and serve with sincerity. It may be practically as bonuses alone!

But, at least by giving and serving means showing to friends, colleagues and our colleagues how successful we are making people more confident partner and associate with us.

Fourth, the Open yourself first:

Perhaps we've met people who always want to know about other people's private things, but he continued to shut himself for his true identity is not open.

They usually live in fear and suspicion, and always prejudiced to anyone he encountered. This attitude is the element that is not owned many successful people.

Trust and generosity to open up to the other person is a mirror that we are comfortable with yourself, then nothing needs to be covered, that is sought by the true partner and most of us would agree that not many people are willing to work with a mysterious man, right right?

Fifth, Glad to work together and establish a good relationship:

The ability to work together in teams is one of the main keys to success.

Again we take the example of Donald Trump. In the TV series The Apprentice, Trump has a team of loyal and become an extension of her hand in finding candidates "confidant" new.

In the end, Trump will have a team of very loyal and visionary same as creating a good network, so that the road to success is more wide open.

Sixth, Glad to learn new things:

Ciputra and Bakrie is a person who can be regarded as a success in the field of commerce. But when they founded the university, whether they move as an educator? Or they own is actually a professor? Obviously not, they remain an entrepreneur, but with his penchant to find new things and apply them directly, then the world wide wide open for him.

The business world is like as a place to play that laus and unlimited. So glad to learn and find new things is an attitude of success.

Seventh, rarely complains, professionalism is the most important:

Lance Armstrong once said, "There are two Kinds of days: good days and great days."

There are only two kinds of days: a good day and a very good day. It is good if we do not ever complain, even though one day maybe we will fall and fail.

Why?

Because every time you fail, it is an opportunity for us to learn to overcome failure itself so it does not happen again in the future. Day in which we fail to remain as a good day (good day).

Eighth, dare to risk:

Clearly, without this there is no chance at all to lead to success. Virtually every day we run the risk, although not fully realized.

The risk is only going to result in two kinds: some of a good or a great day. So, so nothing to worry about anymore is not it?

Failure was simply an opportunity to learn to not repeat the same thing later in life and certainly the threshold to success will be closer.

Ninth, not showing fear (think positive all the time):

Positive thinking is the environment or the default state in which the whole of existence we are.

If we use negative thoughts as the default state, then all our actions will be based on this (fear or anxiety). With positive thoughts, then our actions will be guided by positive vibration, so that positive things will more likely.

The more positive we are addressing the obstacles, the better chance we find a solution to these obstacles.

Tenth: "comfortable in Their Own Skin" Close-up of something and make it look "better" than his interlocutor.

Ever met a successful person of low self-alias is not comfortable with themselves? Nothing of course.

Leisure be yourself do not need to be covered up so that the speaker was not offended because everyone has its own place in the world that can not be replaced by others. I was me, they are them.

By being myself, I would not disturb their existence. If they feel uncomfortable, it's not because of my personality, but due to a different mindset and kekurangmampuan them in achieving comfort with oneself.

Basic attitude of successful people mentioned above probably could be a harbinger and pave our steps to achieve success we dream, our lives are decided.

10 Kiat Kepribadian Orang Sukses

Menurut : Mr. Jennie S. Bev, yaitu seorang konsultan, entrepreneur, penulis dan edukator bertempat tinggal di San Francisco Bay Area dan Beliau merupakan seorang Indonesia yang “sukses” berkompetisi pada iklim “ketat” Amerika.

Beliau mengedepankan 10 unsur kepribadian seorang sukses (baik dari segi keuangan dan prestasi) yang berdasarkan pada komunikasi dan pergaulannya dengan para billionaire dan beberapa pengusaha sukses.





Sepuluh sikap yang harus dipunyai itu adalah sebagai berikut:

Pertama, Keberanian untuk berinisiatif :

Kekuatan yang sebenarnya tidak lagi menjadi rahasia atas kesuksesan orang-orang terknenal yaitu mereka selalu punya ide-ide cemerlang!


Lihat saja : Seorang Donald Trump yang “mendunia” karena superioritasnya di bidang Real Estate awalnya berproses dari status bangkrut dan akhirnya berpredikat Raja Real Estate, adalah contoh dari seorang yang jenius dan berani berinisiatif.

Kita tentu mengenal serial TV The Apprentice, kontes Miss Universe, Online University bernama TrumpUniversity.com, bahkan di negara asalnya boneka Donald adalah sebuah icon dan produk laris selain buku-buku bestseller-nya. Dan inisiatif adalah kekayaan semua orang, tinggal orang itu mau atau tidak untuk berinisiatif mengemukakan ide-idenya.

Kedua, Tepat waktu :

Sebuah hal yang pasti untuk semua orang di dunia ini tanpa terkecuali adalah bahwa kita memiliki jumlah waktu yang sama yaitu 24 jam sehari. Seorang yang menepati janji dan tepat waktu menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang memiliki kemampuan mengatur/manage sesuatu yang paling terbatas tersebut.

Kemampuan untuk hadir sesuai janji adalah kunci dari semua keberhasilan, terutama keberhasilan berbisnis dan berinteraksi. Memberikan perhatian lebih terhadap waktu merupakan pencerminan dari respek terhadap diri sendiri dan kolega dan mitra kita.

Ketiga, Senang melayani dan memberi:

Sebuah rumus sukses dari banyak orang sukses adalah mampu memimpin, namun sebuah additional attribute dari sikap kepemimpinan adalah kebiasaan melayani dan memberi.

“The more you give to others, the more respect you get in return”

Dan, keikhlasan adalah kunci untuk sifat ini. Kebaikan lain akan terus mengalir tanpa henti saat kita mampu memberi dan melayani dengan ikhlas. Ini mungkin bisa dibilang sebagai bonus saja!

Tetapi, setidaknya dengan memberi dan melayani berarti menunjukkan kepada teman, kolega serta rekan kita betapa suksesnya diri kita sehingga membuat orang lebih yakin bermitra dan bergaul dengan diri kita.

Keempat, Membuka diri terlebih dahulu:

Barangkali kita pernah bertemu orang yang selalu mau tahu tentang hal pribadi orang lain namun dia terus menutup diri agar jati dirinya tidak terbuka.

Mereka biasanya hidup dalam ketakutan dan kecurigaan, dan selalu berprasangka buruk kepada siapa saja yang dijumpainya. Sikap ini adalah unsur yang tidak dimiliki banyak orang sukses.

Rasa percaya dan kebesaran hati untuk membuka diri terhadap lawan bicara merupakan cermin bahwa kita nyaman dengan diri sendiri, lantas tidak ada yang perlu ditutupi, itulah yang dicari oleh para partner sejati dan sebagian besar dari kita akan setuju bahwa tidak banyak orang yang mau bekerja sama dengan orang yang misterius, betul kan?

Kelima, Senang bekerja sama dan membina hubungan baik:

Kemampuan bekerja sama dalam tim adalah salah satu kunci keberhasilan utama.

Kembali kita mengambil contoh Donald Trump. Dalam serial TV The Apprentice, Trump memiliki tim yang loyal dan menjadi perpanjangan tangan dirinya dalam menemukan para calon “orang kepercayaan” yang baru.

Pada akhirnya, Trump akan memiliki sebuah tim yang sangat loyal dan bervisi sama dengan menciptakan jaringan kerja yang baik, sehingga jalan menuju sukses itu semakin terbuka lebar.

Keenam, Senang mempelajari hal-hal baru:

Ciputra dan Aburizal Bakrie adalah seorang yang bisa dikatakan sebagai orang sukses dalam bidangnya yaitu commerce. Tapi saat mereka mendirikan universitas, apakah mereka beralih sebagai seorang pendidik? Atau mereka sendiri sebenarnya adalah profesor? Jelas tidak, mereka tetap seorang entrepreneur, namun dengan kegemarannya mencari hal-hal baru serta langsung menerapkannya, maka dunia bisnis semakin terbuka luas baginya.

Dunia bisnis ibarat sebagai tempat bermain yang laus dan tidak terbatas. Jadi senang belajar dan mencari hal baru adalah sebuah sikap kesuksesan.

Ketujuh, Jarang mengeluh, profesionalisme adalah yang paling utama:

Lance Armstrong pernah berkata, “There are two kinds of days: good days and great days.”

Hanya ada dua macam hari: hari yang baik dan hari yang sangat baik. Adalah baik jika kita tidak pernah mengeluh, walaupun suatu hari mungkin kita akan jatuh dan gagal.

Mengapa?

Karena setiap kali gagal, itu adalah kesempatan bagi diri kita untuk belajar mengatasi kegagalan itu sendiri sehingga tidak terulang lagi di kemudian hari. Hari di mana kita gagal tetap sebagai a good day (hari yang baik).

Kedelapan, Berani menanggung resiko:

Jelas, tanpa ini tidak ada kesempatan sama sekali untuk menuju sukses. Sebenarnya setiap hari kita menanggung resiko, walaupun tidak disadari penuh.

Resiko hanyalah akan berakibat dua macam: be a good or a great day. Jadi, jadi tidak perlu dikhawatirkan lagi bukan?

Kegagalan pun hanyalah kesempatan belajar untuk tidak mengulangi hal yang sama di kemudian hari dan tentunya ambang kepada kesuksesan akan lebih dekat.

Kesembilan, Tidak menunjukkan kekhawatiran (berpikir positif setiap saat):

Berpikir positif adalah environment atau default state di mana keseluruhan eksistensi kita berada.

Jika kita gunakan pikiran negatif sebagai default state, maka semua perbuatan kita akan berdasarkan ini (kekhawatiran atau cemas). Dengan pikiran positif, maka perbuatan kita akan didasarkan oleh getaran positif, sehingga hal positif akan semakin besar kemungkinannya.

Semakin positif kita menyikapi hambatan, semakin besar kesempatan kita menemukan penyelesaian atas hambatan tersebut.

Kesepuluh: “Comfortable in their own skin” Menutup-nutupi sesuatu maupun supaya tampak “lebih” dari lawan bicaranya.

Pernah bertemu dengan orang sukses yang rendah diri alias tidak nyaman dengan diri mereka sendiri? Tidak ada tentunya.

Kenyamanan menjadi diri sendiri tidak perlu ditutup-tutupi supaya lawan bicara tidak tersinggung karena setiap orang mempunyai tempat tersendiri di dunia yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Saya adalah saya, mereka adalah mereka.

Dengan menjadi diri saya sendiri, saya tidak akan mengusik keberadaan mereka. Jika mereka merasa tidak nyaman, itu bukan karena kepribadian saya, namun karena mindset yang berbeda dan kekurangmampuan mereka dalam mencapai kenyamanan dengan diri sendiri.

Sikap dasar orang sukses tersebut di atas barangkali dapat menjadi cerminan dan memuluskan langkah kita untuk mencapai kesuksesan yang kita impikan, tinggal kita yang memutuskan.

Manajemen Orang Lain dan Diri Sendiri

Suatu survei yang menanyakan faktor apa sajakah yang sering dikeluhkan seorang karyawan tentang atasannya menemukan 9 hal utama, yaitu: (1) sikap/tindakan yang seperti hakim, (2) sombong, (3) tidak dapat menunjukkan/memberikan penghargaan kepada karyawan, (4) tidak dapat atau tidak mau melihat/mendengar pandangan dari sudut yang lain, (5) tidak mempunyai jiwa kepemimpinan, (6) tidak terbuka dan tidak jujur, (7) tidak mampu mendelegasikan tanggung-jawabnya, (8) tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dan (9) bias, membiarkan emosi mempengaruhi keputusan-keputusannya.






Salah satu cara untuk menghindari hal-hal di atas adalah mulai mengatur (me-"manage") orang lain dan diri sendiri agar dapat bertindak secara asertif/tegas. Delapan tahapannya adalah sbb.:

1. Membangun kepercayaan diri
Percaya pada kemampuan diri sendiri. Mencintai diri sendiri dengan segala kekurangannya. Mampu menghargai keberhasilannya sehingga mampu pula menghargai keberhasilan orang lain.

2. Mampu mendengar secara aktif
Memberikan kesempatan orang lain berbicara tanpa harus dinilai dan mengarahkannya agar dapat mengatasi masalahnya sendiri sehingga memumuk kepercayaan diri orang lain

3. Berani mengambil resiko
Berani menyatakan pendapat, berani minta apa haknya, dapat mengekspresikan kemauannya, dan tahu seberapa jauh ia berani mengambil resiko tersebut

4. Dapat/berani mengatakan ‘tidak’
Berani menolak pekerjaan dari atasan/teman yang bukan tanggung-jawabnya atau pekerjaan yang tidak mungkin dilakukannya

5. Tahu cara memberikan kritik yang positif
Berikan kritik bersama cara memperbaiki kesalahan tsb.

6. Tahu cara menghadapi kritik
Ingat bahwa kesalahan anda tidak samadengan diri anda.

7. Tahu cara memberi sanjungan/pujian
Mendasarkan pujiannya pada pencapain tujuan, sesuai

8. Tahu apa yang ia inginkan sendiri
Bersikap fleksibel dan mau menyesuaikan diri dengan kepribadian karyawannya dan pada waktu yang tepat

Management of Others and Ourselves

A survey asking what are the factors that are often complained about her supervisor of an employee found nine main points, namely: (1) attitude / actions such as judges, (2) arrogant, (3) can not show / give awards to employees, (4 ) can not or do not want to see / hear the views from another angle, (5) does not have leadership skills, (6) does not open and dishonest, (7) is not able to delegate its responsibilities, (8) unable to make decisions quickly and precisely and (9) bias, let emotions affect decisions.


Cek Kemampuan Kontrol Diri Anda

TIAP orang memerlukan kebebasan untuk menjadi kreatif dan mengaktualisasi diri. Di sisi lain, kendali dari dalam diri diperlukan sebagai regulasi atas dorongan dan kemampuan yang dimiliki, baik secara fisik, psikis, maupun perilaku.

Bertindak tanpa pikir panjang merupakan ciri khas yang melekat pada anak-anak. Mereka bertindak spontan. Bila sakit mereka akan menangis di mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja. Bila gembira, anak yang sehat akan berlarian, mencoret-coret, berteriak-teriak girang, atau melakukan apa pun yang ia inginkan.


Monday, December 20, 2010

Check Your Self-Control Ability

EACH person needs the freedom to be creative and self actualization. On the other hand, control of the self-regulation is necessary as the instigation and capabilities, whether physical, psychological, and behavioral.

Acting without thinking is a characteristic inherent in children. They acted spontaneously. When sick they will cry anywhere, anytime, and in any situation. When happy, healthy child will run, scribbling, shouting excitedly, or do whatever he wants.






Imagine if this kind of behavior by adolescents or adults. Of course, quite strange. We would feel very disturbed when finding someone who is no longer the children act as they pleased, let impulses or desires that are selfish manifest granted.


The more a person gets older, he expected more and have control over their own behavior. In other words, the more developed the ability to control themselves.
Full / self control (self-control) is the influence or regulation or a person against the physical, behavioral, and psychological processes (Calhoun & Acocella, 1990). It is very important in a person's life. Why?

First, self-control plays a role in one's relationships with others. This is not out of the fact that we do not live alone, but in groups, in the community. In fact, we have personal needs such as food, drink, warmth, and so forth. To meet these needs we need to control yourself in such a way, so as not to disturb others.

Second, self-control plays a role in the achievement of personal goals. Every person, from any culture, always expect to achieve certain goals in life. For example, in order to have a certain competence, achieve personal maturity, and so forth, in accordance with the standards that exist in society.

In order to achieve these objectives we need to learn and try over and over, and control themselves by delaying the gratification of the needs of a moment in order to achieve long-term goals.

By developing the ability to control himself as well as possible, we will become an effective person, so that it can consistently feel happy, free from guilt, to live more constructively, to accept yourself, and also accepted by the community.

Internal and External Control
Increasing age, a person is expected to increasingly develop the ability to control his behavior. Where source control one's behavior? Its source can be divided into two: factors inside and outside one's self.

Control behavior that comes from within themselves are usually referred to as an internal control, and that comes from outside ourselves is called external control. In self-control (internal), individuals regulate their own behavior and performance standards; give reward for himself if successfully achieve the objectives, and to punish himself when not managed to reach the goal.

On the other hand, the external controls, the individual placing another person as a determinant (the cause) of behavior, performance standards, and the rewards gained.
Of the two types of behavior control, personal control (internal) were considered more valuable. Throughout we rely on external control, our lives are largely determined by anyone else. Instead, by developing self-control (internal) means we control two things: ourselves and the world around us.

Self Control Problem
As explained above, self-control a well-developed will provide many benefits to a person. However, in reality, not all self-control we are able to perform consistently.

Our self-control ability varies. There are people who are often too much to drink (until drunk), others too much to eat, others are more easily lose control of emotions, tends to delay the job, and so forth. How can this be happening?

Just as a strong self-control, self-control are weak also develop through the learning process. For example, a teenager who still impulsive, which is always angry when his wish was fulfilled, the possibility of becoming so because since childhood, her parents always comply with all requests (to function as a reward) every time the child was whining to ask anything, even more so when her son was getting angry.

When this kind of reward pattern occurs repeatedly, it means that the child undergo a process of learning that his request would be fulfilled when accompanied by anger. Subsequently he developed a pattern of angry behavior each time his request has not been met.

Someone who has a habit of delaying the work, may become so because from childhood accustomed to working under pressure parents (functioning as a punishment). In such a situation he is motivated to do the task just to avoid punishment. Consequently, in a situation without any pressure, he tends to get lazy.

CIRI-CIRI ORANG SUKSES

Ciri-ciri Orang Sukses - Orang sukses adalah orang yang terus mencoba, meskipun telah mengalami banyak kegagalan. Ia memandang kehidupan sebagai peluang untuk mencapai kesuksesan. Itulah kira-kira kesimpulan dari penelitian selama 40 tahun terhadap orang-orang sukses. Yang dicoba ditemukan dari mereka adalah bagaimana dan mengapa mereka tergerak untuk menjadi teratas dibidang masing-masing, dari olah raga, pendidikan, hingga pasar modal. Apa sebenarnya yang mereka ketahui dan lakukan untuk menjadi sukses? Berikut ada tujuh hal yang dilakukan mereka dalam meraih sukses:






1. Orang sukses mau mengambil risiko. Mereka berupaya untuk mencapai target, melakukan penghematan, membangun relasi dengan banyak orang, dan gesit mencoba sesuatu yang baru guna mengikuti perkembangan zaman. David C. McClelland, seorang guru besar yang mendalami perjalanan orang-orang sukses serta telah melakukan perjalanan ke banyak negara dan melatih pengusaha kecil ,menyatakan cara menjadi pengusaha kecil sukses adalah dengan menjadi pengambil risiko moderat; yang mau terus mengambil risiko untuk meraih sukses.


2. Orang sukses percaya diri dan merasakan bahwa mereka berbuat sesuatu untuk dunia. Mereka memandang sebuah dunia yang besar dan ingin memainkan peranan penting di dalamnya. Mereka tetap bekerja sesuai keterampilan mereka, sambil tetap menyadari bahwa keterampilan inti memberi nilai kepada keterampilan lainnya. Mereka juga sadar, karya terbaik akan menghasilkan kompensasi bagi mereka.

3. Orang sukses menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Mereka mampu melihat pekerjaan sebagai kesenangan; mereka memilih bekerja di mana mereka dapat unggul. Orang sukses menyukai tantangan; mereka menikmati pencapaian puncak permainan mereka, apakah dipekerjaan, lapangan tenis atau lapangan golf.

4. Orang sukses adalah pelajar seumur hidup. Mereka menyadari,pendidikan tak pernah berakhir tapi dimulai disetiap tingkatan kehidupan dan terus berlanjut hingga akhir kehidupan. Pendidikan tidak terbatas di ruang kelas; artinya mencoba ide baru,membaca buku, surat kabar, majalah, dan menggunakan Internet merupakan bentuk pendidikan pula. Karena itu, tetaplah mengalir sesuai perubahan ketertarikan dan kemampuan Anda, dan nikmati perubahan. Ini akan membantu Anda tumbuh dan merasakan lebih percaya diri.

5. Orang sukses berpandangan positif terhadap apa yang dapat mereka kerjakan, dan ini meluas pada hal-hal lain. Mereka percaya gelas itu setengah penuh dan bukan setengah kosong. Mereka menanamkan semangat pada diri sendiri dan dapat membayangkan diri bagaimana mereka berhasil menyelesaikan suatu tugas sulit atau mencapai penghargaan tertinggi. Orang sukses berbuat bagaikan pelatih bagi orang lain, dengan menyuguhkan pesan-pesan positif dalam kehidupan sehari-hari. Mereka senang melihat orang lain membua tonggak sejarah dalam kehidupan mereka.

6. Orang sukses punya banyak cara untuk memotivasi diri sendiri sehingga dapat terus berkarya lebih baik dari yang lain. Ada yang dengan cara melakukan beberapa pekerjaan setiap hari pada bidang berbeda. Seorang pria setengah baya memotivasi dirinya sendiri dengan mencoba mendapatkan lebih banyak uang dari pada kakaknya. Seorang wanita berusia 29 tahun menjadi perawat top untuk menunjukkan kepada bekas gurunya bahwa dia memiliki keterampilan dan kecerdasan memadai untuk mencapai profesi itu.

7. Orang sukses menyelesaikan tugas tidak dengan setengah-setengah, dan mereka menggunakan cara kreatif dalam meraih sukses. Meski mungkin membutuhkan waktu lebih lama, mereka akhirnya melampaui garis finis. Mereka manfaatkan waktu dengan baik dalam mensinergikan kemampuan fisik dan mental untuk mencapai sukses.
Rasanya, Anda bisa juga mencoba. Siapa tahu Anda pun mampu mengikuti jejak mereka.

Saturday, December 18, 2010

CHARACTERISTICS OF SUCCESSFUL PEOPLE

Characteristics of Successful People - Successful people are those who continue to try, although it has experienced many failures. He looked at life as an opportunity to achieve success. That's roughly the conclusion of the study during 40 years of successful people. Who tried found from them is how and why they moved to the top of each field, from sports, education, until the capital markets. What exactly did they know and do to be successful? Here are seven things that carried them to success:


Cara Berpikir Orang Sukses



Orang sukses dan orang belum sukses dibedakan dari cara berpikirnya. Cara berpikir atau mindset ini bisa dipelajari, bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau sukses. Ini sekedar sharing dari saya yang juga saya dapatkan dari teman saya. Jadi silahkan dibaca-baca cara pemikiran orang sukses ini, jangan langsung diterima mentah-mentah apalagi masak. Yang pasti hati-hati dengan pikiran, karena ini bisa jadi pelayan yang baik atau majikan yang buruk…


How Successful People Think

Successful people and successful people were not yet distinguished from the way he thinks. This way of thinking or mindset can be learned, can be owned by anyone who wants to succeed. It's just sharing from me which I got from my friend. So please read, read how successful people are thinking, do not immediately accepted at face value let alone cook. What is certain be careful with the mind, because this could be a good servant or a bad employer ...






Here's how successful people think:
The phrase was trying to explain that the main difference between successful people and people fail to exist in the way of thinking. Those who succeed are those who always use the power of thinking to continue to improve their lives so much better.

The people who succeed are those who have the type of positive thinking. This type of thinking that successful people are:

1. Big picture thinking is not thinking small
This logic makes them continue to learn, a lot of listening and focused so that they become broad horizon.


2. Focused thinking is not scattered thinking
So it can save time and energy, big jumps they can achieve.

3. Creative thinking is not restrictive thinking
The process of creative thinking include: think-collect-create-correct-connect.

4. Realistic thinking is not fantasy thinking
Enable them to minimize risk, there are targets and plans, security, as a catalyst and has credibility.

5. Strategic thinking is not random thinking
So that simplifies, customize, anticipatory, reduce errors and other influences can be done.

6. Possibility thinking is not limited thinking
They can think freely and to find solutions to the situation at hand.

7. Reflective thinking is not impulsive thinking
Enable them to have integrity, clarify big picture, confident decision making.

8. Innovative thinking is not popular thinking
Avoiding a common way of thinking to achieve something better.

9. Shared thinking rather than solo thinking
Share your thoughts with others to get better results.

10. Unselfish Selfish thinking is not thinking
Pemikian allows them to collaborate with other people.

11. Bottom line thinking is not wishful thinking
Focusing on results so as to achieve results based on the potential of thought that owned.

The mind is the beginning of everything. This way of thinking determines the way of life.

Wednesday, December 8, 2010

Married Men Have Better Behavior

Men tend to behave better when they get married - this is because marriage seems to help men improve their attitude and the man who had a better attitude tends to make the wedding as the main case according to research in the United States.

S. Alexandra Burt and his colleagues at Michigan State University also found that men are less likely to have bad behavior will eventually get married.







Among the men who got married a few shows that signs of bad behavior - especially actions related illnesses such as antisocial criminal behavior, lying, aggressive and less ruthless - reduced after they bind themselves in marriage.


Burt said that men who marry "in the beginning was not an antisocial and even after they married antisocial behavior was diminishing."

In a study published in the Archives of General Psychiatry "December issue, Burt and colleagues studied 289 male twin pairs for 12 years, from age 17 to 29 years. More than half were identical twins.

Men who married during the study period, approximately 60 percent of them showed less antisocial behavior at age 17 and 20, showed that men with an attitude like that tend to be less put marriage in a prime spot.

At the age of 29 years, married men who do not have a 1.3 average antisocial attitudes, compared with 0.8 among married men.

However, among identical twins with one other person was married and not married, married men who were found to have fewer antisocial attitudes than the twin who was not married.

In the case of identical twins by genes and childhood the same atmosphere that tends to produce the same antisocial behavior, this research indicates that marriage helps to get rid of the bad behavior.

But it is unclear why men can improve their behavior after marriage, says Ryan King of the University of Albany who was not involved in the study.

Men who are married spend more time with her partner than with her friends and bad behaviors like crime and drinking alcohol tend to be a group activity, he said.

Plus, the man who married "will be more to lose" if they were caught because of illegal activity and more concerned with what is thought by her partner.

"Not everyone is equally likely to marry, but those who are married have the benefit of marriage," said King.

The results that help explain the findings of other studies showing that married men do less crime. Recent research for example, shows that marriage-related crime decreased 35 percent.

The study also found that married people tend to be healthier than when I was still alone, although recent studies reveal that health benefits because marriage is still unclear. But those who are married tend to live longer, less experienced depression or heart disease and stroke.

Pria yang Menikah Punya Perilaku yang Lebih Baik

Pria cenderung akan bersikap lebih baik saat mereka menikah --hal itu terjadi karena pernikahan tampaknya membantu pria memperbaiki sikap mereka dan pria yang punya sikap lebih baik cenderung menjadikan pernikahan sebagai hal utama menurut penelitian di Amerika Serikat.

S. Alexandra Burt dan koleganya di Universitas Negeri Michigan juga menemukan bahwa pria yang kurang punya perilaku yang buruk cenderung akhirnya akan menikah.







Di antara pria-pria yang menikah beberapa menunjukkan bahwa tanda perilaku-perilaku buruk --terutama tindakan yang berhubungan dengan penyakit antisosial seperti perilaku kriminal, berbohong, agresif dan kurang punya belas kasihan-- berkurang setelah mereka mengikat diri dalam pernikahan.

Burt mengatakan bahwa pria yang menikah "pada awalnya bukanlah seorang yang antisosial dan bahkan setelah mereka menikah sikap antisosial itu makin berkurang."


Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam "Archives of General Psychiatry" edisi Desember, Burt dan koleganya meneliti 289 pasang pria kembar selama 12 tahun, sejak usia 17 hingga 29 tahun. Lebih dari separuhnya adalah kembar identik.

Pria yang menikah selama masa penelitian tersebut, sekitar 60 persen dari mereka menunjukkan sikap antisosial lebih sedikit pada usia 17 dan 20, menunjukkan bahwa pria dengan sikap seperti itu cenderung akan kurang menempatkan pernikahan di tempat utama.

Pada usia 29 tahun, pria yang tidak menikah memiliki rata-rata memiliki 1,3 sikap antisosial, dibanding dengan 0,8 di antara pria-pria yang menikah.

Namun, di antara kembar identik dengan satu orang menikah dan yang lain tidak menikah, pria yang menikah didapati memiliki sikap antisosial yang lebih sedikit dibanding kembarannya yang tidak menikah.

Dalam kasus kembar identik dengan gen dan suasana masa kecil yang sama sehingga cenderung untuk menghasilkan sikap antisosial yang sama, penelitian ini mengindikasikan bahwa pernikahan membantu untuk membuang perilaku buruk tersebut.

Namun masih belum jelas mengapa pria dapat memperbaiki kelakukan mereka setelah menikah, kata Ryan King dari Universitas Albany yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Pria yang menikah menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasangannya dibanding dengan teman-temannya dan perilaku buruk seperti kejahatan dan minum minuman keras cenderung menjadi aktivitas kelompok, katanya.

Ditambah lagi, pria yang menikah "akan lebih banyak kehilangan" bila mereka tertangkap karena aktivitas ilegal dan lebih peduli terhadap apa yang dipikirkan oleh pasangannya.

"Tidak setiap orang memiliki kemungkinan yang sama untuk menikah, namun mereka yang menikah mendapatkan manfaat dari pernikahan tersebut," kata King.

Hasil penelitian itu membantu menjelaskan temuan dari penelitian lain yang menunjukkan bahwa pria yang menikah melakukan lebih sedikit tindakan kriminal. Penelitian baru-baru ini contohnya, menunjukkan bahwa pernikahan berhubungan dengan penurunan 35 persen tindakan kriminal.

Penelitian juga menemukan bahwa orang yang menikah cenderung lebih sehat dibanding masih saat masih sendiri, meski penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa keuntungan kesehatan karena pernikahan masih belum jelas. Namun mereka yang menikah cenderung hidup lebih lama, kurang mengalami depresi atau terkena penyakit jantung dan stroke.

Reasons Employees Can High Salary

The amount of salary received at the company where we work affects the pattern and standard of our lives. The higher their salary, the higher and also more modern lifestyle.

However, many people are not satisfied with the amount of salary received. And they feel have worked hard and give the best for the company.







Instead of complaining endlessly, stress, and envious of friends who paid higher, better see why someone paid high, exceeding your salary.

1. 'Hijacked', rather than applying
You may have heard the term 'piracy employees'. People who 'hijacked' are usually the people who are believed to have sufficient ability and potential to raise the company. So do not be surprised if the people recruited have higher salaries than people who were hired through the recruitment process.

2. Have ability above average
People who have performed above average with a person who has the performance to the degree necessary, even below average, would get different treatment from the company. People who are achievers rewarded with promotion, so that his salary was raised automatically. Or, getting a special salary increase. So, if you also want high-paying, achievement.

3. Duties and responsibilities of far greater
Observe carefully, if you do only routine things, and from time to time does not produce anything significant for the company, while peer contributes more to the company, who can be given a higher income?
More big and heavy work carried, of course award given company will also be greater. Therefore if you are burdened with a lot of work that feels hard, chances are your boss is being tested. If you are able to finish well, your boss or company would not hesitate to raise your salary.

Alasan Karyawan Dapat Gaji Tinggi

Besaran gaji yang diterima di perusahaan tempat kita bekerja mempengaruhi pola dan standar hidup kita. Makin tinggi gaji yang diterima, makin tinggi dan makin modern pula gaya hidup kita.

Namun, banyak orang yang tidak puas dengan jumlah gaji yang diterima. Padahal mereka merasa telah bekerja keras dan memberikan yang terbaik untuk perusahaan.






Daripada berkeluh kesah tiada henti, stres, dan iri kepada teman yang digaji lebih tinggi, lebih baik simak mengapa seseorang digaji tinggi, melebihi gaji Anda.

1. 'Dibajak', bukan melamar
Anda mungkin pernah mendengar istilah ‘pembajakan karyawan’. Orang yang 'dibajak' biasanya merupakan orang-orang yang diyakini memiliki kemampuan memadai dan berpotensi membesarkan perusahaan. Maka jangan heran jika orang yang direkrut memiliki gaji lebih tinggi dibanding orang yang dipekerjakan lewat proses perekrutan.

2.Memiliki kemampuan di atas rata-rata
Orang yang memiliki kinerja di atas rata-rata dengan orang yang memiliki kinerja sekadarnya, bahkan di bawah rata-rata, tentu mendapatkan perlakuan berbeda dari perusahaan. Orang yang berprestasi diganjar dengan promosi, sehingga secara otomatis gajinya pun dinaikkan. Atau, mendapatkan kenaikkan gaji secara istimewa. Jadi, jika Anda juga ingin bergaji tinggi, berprestasilah.

3. Tugas dan tanggung jawab jauh lebih besar
Cermati baik-baik, jika yang Anda kerjakan hanya hal-hal rutin, dan dari waktu ke waktu tidak menghasilkan sesuatu yang signifikan bagi perusahaan, sementara rekan memberikan kontribusi lebih bagi perusahaan, siapakah yang akan diberi penghasilan lebih tinggi?
Makin besar dan berat pekerjaan yang diemban, tentu penghargaan yang diberikan perusahaan juga akan lebih besar. Oleh karena itu jika Anda dibebani banyak pekerjaan yang dirasa sulit, kemungkinan Anda sedang diuji atasan. Jika Anda mampu menyelesaikan dengan baik, atasan atau perusahaan tidak akan ragu menaikkan gaji Anda.

Friday, November 26, 2010

Positive Thinking it enough?

By having a positive mental atmosphere, then this will be very conducive (to support) to run the next positive processes, which include:,

1. Lesson

"Lord Justice" says that there are positive lessons it everywhere as long as we want to explore and absorb it: behind the error, failure, betrayal of others above us, behind a bad accident that befell us, and so on. However, despite the positive lessons that exist everywhere, but the practice proved that the positive lessons that we can not absorb that our minds are clouded by negative thoughts.

Smile Like Samuel said in one of his writings: "Not true if people think that success is created from success. Often resulting from failure to success. Perception, study, advice and role model can not teach as much success as taught by failure. "

2. Decision

One ugly reality that we face in essence not dictate we have to take certain decisions but offers the choice to us. The offer include: a) may choose to reverse the decision, b) may selecting the decision to stop / go back to the original, and c) may selecting the decision to go forward with the deal, looking for creative gap, and others.







If related to the practice of everyday life, there are things that can not be denied that all the people all the time have chosen a particular decision about what to do. From the selected decision was born an action that causes an outcome. Therefore, there is Brian Tracy's suggestion that we should contemplate that which determines our fate is not what happened to us but the decisions we take over what had happened to us. That is, reverse the decision will result in setbacks; decision rendered will result in stagnation and advanced decision will lead to progress.

3. Regularity Step


Well, by creating positive thoughts of bad things that befall us are at least a provision for us to do positive things on an ongoing basis in the sense of not relying on changes in circumstances or are not easily hurt by a blow to the state. As Denis messages WAITLEY, "No you are a barrier to progress but the charge that you bring your mind."

From the message that there might be one thing we need to remember that the negative thoughts that we carry or that we let that become an obstacle sometimes we move or interfere with the smooth move us in treading goals that we espouse. Therefore, if there permisalan paslah illustrating that the negative thoughts that will give us the dirt on his chest. Chest full of dirt that we leave will make our backs weighed down by charges against him and resulted in this step is not as fluent as we want.

What things should be lived?

Above we have seen that using positive thoughts as a way of positive thinking means that we still have a positive process that we need to live. What needs to be lived?

1. Find a special lesson

Whether consciously or not, often term this positive thinking we only practice limited to assume good faith, believing in the wisdom that brightens, or merely have a positive opinion. Of course this is correct and it is good but if we associate with little results and more results, the positive process we need to do is turn our minds to find the specific lessons that actually fits and is relevant to our self-state on today.

The failure of our efforts can be caused by the time it is not perfect yet, mistakes selecting people, less persistent, less skill, external circumstances that are out of control, and others. Because it is impossible to absorb the lessons as a whole at a time, then the most important thing is to absorb the lessons that are relevant only as a material to self-correct.

2. Use in special cases

Many experiences that have tested that have clearly formulated objectives and is clearly fighting for, proved to have a big enough advantage for a positive process. In other words, to be able to use the lessons we have absorbed demands formulated objectives we seek its realization. Without this, it may be a positive lesson that we find it will idle or less many benefits.

In other words, so that we can make our failure as an impetus to achieve progress is not enough just to have a positive mind and positive attitude for this failure, but it takes our efforts to use the lessons that we've got the next in an effort to achieve the desire.

3. Opening Yourself

As we have seen in advance that the positive lessons that lie behind the problem, a bad reality, or behind the events that we experience in practice it is not limited to life, not single, not mono, and therefore often referred to guidance (guidance .) So many that, it is not possible we can space owned and well able to absorb all that is needed is to open on positive lessons revealed by our mistakes, mistakes of others that we see, the findings of science, and advice.

Cukupkah Berpikir Positif?

Dengan memiliki suasana batin positif, maka ini akan menjadi sangat kondusif (mendukung) untuk menjalankan proses positif berikutnya, yang antara lain:,

1. Pelajaran

“Hukum Tuhannya” mengatakan bahwa pelajaran positif itu ada di mana-mana sepanjang kita mau menggali dan menyerapnya: di balik kesalahan, kegagalan, pengkhianatan orang lain atas kita, di balik musibah buruk yang menimpa kita dan seterusnya. Hanya saja, meskipun pelajaran positif itu ada di mana-mana, tetapi prakteknya membuktikan bahwa pelajaran positif itu tidak bisa kita serap kalau batin kita sudah keruh oleh pikiran-pikiran negatif.

Seperti kata Samuel Smile dalam salah satu tulisannya: “Tidak benar jika orang berpikir bahwa kesuksesan diciptakan dari kesuksesan. Seringkali kesuksesan dihasilkan dari kegagalan. Persepsi, study, nasehat dan tauladan tidak bisa mengajarkan kesuksesan sebanyak yang diajarkan oleh kegagalan.”

2. Keputusan

Satu kenyataan buruk yang kita hadapi pada hakekatnya tidak mendikte kita harus mengambil keputusan tertentu tetapi menawarkan pilihan kepada kita. Tawaran itu antara lain adalah: a) boleh memilih keputusan untuk mundur, b) boleh memilih keputusan untuk mandek/kembali ke semula dan c) boleh memilih keputusan untuk terus melangkah dengan menyiasati, mencari celah kreatif, dan lain-lain.








Jika dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, ada hal yang tidak bisa diingkari bahwa semua orang setiap saat telah memilih keputusan tertentu tentang apa yang akan dilakukannya. Dari keputusan yang dipilih itulah lahir sebuah tindakan yang menjadi penyebab sebuah hasil. Karena itu ada saran Brian Tracy yang patut kita renungkan bahwa yang menentukan nasib kita itu bukan apa yang menimpa kita melainkan keputusan yang kita ambil atas apa yang menimpa kita. Artinya, keputusan mundur akan menghasilkan kemunduran; keputusan mandek akan menghasilkan kemandekan dan keputusan maju akan menghasilkan kemajuan.

3. Keteraturan Langkah


Nah, dengan menciptakan pikiran positif atas hal-hal buruk yang menimpa kita setidak-tidaknya ini menjadi bekal buat kita untuk melakukan hal-hal positif secara terus-menerus dalam arti tidak mengandalkan perubahan keadaan atau tidak mudah disakiti oleh pukulan keadaan. Seperti pesan Denis Waitley, “Bukan dirimu yang menjadi penghambat kemajuanmu tetapi muatan pikiran yang kamu bawa.”

Dari pesan itu mungkin ada satu hal yang perlu kita ingat bahwa pikiran negatif yang kita bawa atau yang kita biarkan itulah yang terkadang menjadi penghambat langkah kita atau mengganggu kelancaran langkah kita dalam menapaki tujuan yang sudah kita tetapkan. Karena itu paslah jika ada permisalan yang menggambarkan bahwa pikiran negatif itu akan memberikan kotoran di dada kita. Dada yang penuh dengan kotoran yang kita biarkan akan membuat punggung kita terbebani oleh muatan-muatan yang memberatkan lalu mengakibatkan langkah ini tidak selancar seperti yang kita inginkan.

Hal-hal Apakah yang Perlu Dijalani?

Di atas sudah kita singgung bahwa menggunakan pikiran positif sebagai jalan berarti setelah kita berpikir positif masih ada proses positif yang perlu kita jalani. Apa yang perlu untuk dijalani?

1. Temukan pelajaran khusus

Entah sadar atau tidak, kerapkali istilah berpikir positif ini hanya kita praktekkan sebatas berprasangka baik, meyakini adanya hikmah yang mencerahkan, atau sebatas punya opini positif. Tentu ini sudah benar dan sudah baik tetapi kalau kita kaitkan dengan hasil sedikit dan hasil yang lebih banyak, maka proses positif yang perlu kita lakukan adalah mengaktifkan pikiran kita untuk menemukan pelajaran-pelajaran spesifik yang benar-benar cocok dan relevan dengan keadaan-diri kita pada hari ini.

Kegagalan usaha kita bisa disebabkan oleh waktu yang belum tepat, kesalahan memilih orang, kurang gigih, kurang skill, keadaan eksternal yang di luar kontrol, dan lain-lain. Karena tidak mungkin kita menyerap hikmah secara keseluruhan dalam satu waktu, maka yang paling penting adalah menyerap hikmah yang relevan saja sebagai bahan mengoreksi diri.

2. Gunakan dalam hal khusus

Banyak pengalaman yang sudah menguji bahwa memiliki rumusan tujuan yang jelas dan jelas-jelas diperjuangkan, ternyata memiliki manfaat cukup besar bagi proses positif. Dengan kata lain, untuk bisa menggunakan pelajaran yang sudah kita serap menuntut adanya rumusan tujuan yang kita upayakan realisasinya. Tanpa ini, mungkin saja pelajaran positif yang kita temukan itu akan nganggur alias kurang banyak manfaatnya.

Dengan kata lain, agar kita bisa menjadikan kegagalan kita sebagai dorongan untuk meraih kemajuan tidak cukup hanya dengan memiliki pikiran positif dan sikap positif atas kegagalan itu, melainkan dibutuhkan upaya kita untuk menggunakan pelajaran yang sudah kita dapatkan dalam usaha meraih keinginan berikutnya.

3. Membuka Diri

Seperti yang sudah kita singgung di muka bahwa pelajaran positif yang ada di balik satu masalah, satu kenyataan buruk, atau di balik peristiwa yang kita alami dalam praktek hidup itu sangatlah tidak terbatas, tidak tunggal, tidak mono, dan karena itu sering disebut petunjuk (hidayah). Saking banyaknya itu, maka tidak mungkin ruangan milik kita bisa sanggup menyerap seluruhnya dan sekaligus sehingga yang dibutuhkan adalah membuka diri atas berbagai pelajaran positif yang diwahyukan oleh kesalahan kita, kesalahan orang lain yang kita lihat, temuan ilmu pengetahuan, dan nasehat.